
Ingatah segalanya ini tidak ada yang kekal
Hari demi hari meninggalkan kenangan – kenangan di ingatan
Tanpa tersadar ingatan sudah bertumpuk bahkan berjejal
Tapi tidak jua kita mengambil pelajaran
Tadi puisi yang saya buat secara spontan, setelah saya baca ternyata cocok juga untuk saya tuliskan di sini, maka saya masukin aja ….

Aktifitas saya selama kuliah tidak hanya sekedar asrama dan kampus, ada aktivitas lain yang sering saya lakukan. Pada awalnya saya sangatlah tidak antusias dengan kegiatan tersebut karena berbagai alasan yang muncul pada diri saya, maklum mahasiswa biasanya pada awal – awal kan study oriented banget. Tapi entah kenapa setelah berjalan nya waktu dan umur saya, saya mulai merasa bahwa sebenarnya saya yang butuh aktifitas itu.
Sebenarnya aktifitas itu mungkin bagi para anak – anak yang mengkhususkan diri belajar agama secara intensive mungkin tidak punya makna apa – apa bagi dirinya. Tapi bagi saya hal itu mempunyai makna tersendiri.
Entah kenapa yang tadinya setiap saya disuruh setor hafalan pasti saya baru mulai menghafal saat di perjalanan menuju masjid yang sering digunkan kami untuk berkumpul. Tapi sekarang bebeda yang terpikit oleh saya adalah saya butuh forum tersebut untuk menyetor setiap hafalah yang saya hafalkan.
Kalau dibaca sekilas kayaknya berputar hampir 180 derajat ya. Tapi itulah keadaannya.
Tadinya saya hanyalah seorang pemuda yang hampir menganggap agama itu menjadi nomor dua. Hal itu terbukti waktu sebelum kuliah, kalau mau ada tes mata ajaran matematika, kebetulan itu mata ajaran favorit saya, maka saya mati – matian malamnya belajar untuk mempersiapkan tes tersebut. Tapi berbeda saat saya akan mengahadapi tes mata ajaran agama islam, dalam hati saya yang terpikir adalah “ saya enggak usah belajar, kan cuma Agama Islam, gak bisa enggak pa.. pa… “.
Setelah saya sadar ternyata yang bisa membawa kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat ternyata bukan ilmu matematikanya, atau yang lainnya, tetapi ilmu Agamalah yang paling penting dan harus dimiliki oleh setiap muslim untuk pegangan atau kompas dalam mengarungi lautan dunia ini. Tapi saya tidak meninggalkan belajar untuk kuliah saya juga lho………….
Saya pada awalnya satu kelompok terdiri dari tujuh orang, dari berbagai jurusan di kampus saya dan dari berbagai daerah. Tetapi karena ada yang sudah selesai studynya dan pulang kedaerahnya masing – masing atau bekerja keluar kota maka kami sekarang tinggal bertiga. Tapi tetap semangat lho…………..
Kami bertiga sudah seperti saudara sendiri, kita saling membantu jika ada permasalahan.
Sebenarnya saya bukan asli Jogja dan kedua temanku pun demikian. Bahkan salah satu dari kedua temanku tadi berasal dari kampung halaman yang sama dengan saya. Alhamdulillah setelah lulus kami bertiga langsung mendapat pekerjaan di tempat yang sama, itulah yang menyebabkan kita masih dapat berkumpul di Jogja.
Jadi kalau suatu saat Alloh mensekenariokan saya untuk pulang kekampung halaman maka saya pasti akan pulang ke daerah asal saya. Dan saya akan berusaha membangun daerah saya dengan ilmu yang saya peroleh di “kota pelajar” ini. Dan pasti kami akan berpisah. Tapi insya Alloh kita tidak akan melupakan persaudaraan ini.
Itulah indahnya persaudaraan dalan islam. Wahai saudaraku, jika engkau mempunyai teman yang engkau anggap sebagai saudara, buatlah kebersamaan dengan nya merupakan kenangan indah yang tidak akan terlupakan sepanjang hidup.
Semoga bermanfaat.
27 Ramadhan 1428
Ditulis siang hari saat I’tikaf di STPN.
Rury
Tidak ada komentar:
Posting Komentar