Minggu, 06 Juli 2008

JANGAN EGOIS

Janganlah kita menjadi orang yang egois, keras kepala, dan sejenisnya. Yang ingin memaksakan kehendak kita, kehendak yang kita kira pasti akan memberikan apa yang akan kita peroleh dan inginkan.

Alloh telah menetapkan segalanya sebelum kita dilahirkan, maka jadilah kita orang yang qonaah yang disertai tawakal atas semua yang telah ditentukan oleh Nya kepada kita semua.

Kita menganggap bahwa pandangan kita terhadap yang kita rencanakan adalah pandangan yang selalu ideal, pandangan final yang tak tergantikan, padahal kita tidak mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi pada kita sendiri dimasa mendatang.

Mungkin karena kesombongan, keegoisan kita lah yang menimbulkan perasaan-perasaan seperti diatas sering muncul pada diri kita, kita lupa bahwa kehidupan yang kita jalani iniadalah kehidupan yang dimiliki secara mutlak oleh Alloh, dan Alloh lah yang secara mutlak berhak untuk menentukan kehidupan kita.

Bukannya kita tidak boleh mempunyai rencana atas kehidupan kita kedepan, yang tidak boleh kita itu terlalu memaksakan untuk mendapatkan apa yang sudah kita rencanakan, kita merasa hanya rencana yang telah kita buat yang paling ideal dari semua rencana yang ada.

Tidak jarang karena kita merasa sudah berusaha sekuat tenaga dan tingal berdoa untuk dilancarkan rencanannya kepada alloh, tetapi ternyata Alloh belum memberikan izin (yang berarti hal it belum baik untuk kita jalani menurut Alloh) yang sering membuat kita lalai, bukannya kita menjadi orang qonaah tapi palah kita mengadukan balik kepada Alloh kenapa usaha yang sudah dilakukan tidak diizinkan, bahkan ada yang mungkin sampai kepada umpatan yang ditujukan kepada Nya.

Hal itu sesuai dengan firman Alloh dalam Al-quran Al-karim, yang artinya :
”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, boleh jadi pula kamu mengukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; alloh mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui” (Al Baqoroh:216)

Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah mengomentari tentang ayat ini dalam Al-Fawaidnya bahwa :
Ayat ini mengajarkan bahwa manusia harus menyerahkan urusannya kepada Dzat yang mengetahui rahasia dibalik sesuatu, rela terhadap segala pilihan-Nya; jika ia ingin mendapatkan kebahagiaan.”

Jadi jika kita ingin mendapatkan kebahagiaan baik dunia maupun akhirat, jadilah kita orang yang menyerahkan semau urusannya kepada Dzat yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang telah lalu, sekarang, maupun yang akan datang.

Jadikanlah segala pilihan-Nya menjadi pilihan kita, dan keputusan-Nya adalah sesuatu keputusan yang pasti akan memberikan kebahagiaan kepada kita, baik dunia maupun akhirat.

Ya alloh engkau yang Maha Kuasa, berilah kekuatan kepada kami untuk mampu menerima setiap keputusan yang Engkau putuskan. Amin

SEHARUSNYA KITA MENGENALNYA




Sudahkah anda membaca tentang sejarah Nabi agung kita Muhammad SAW. Hanya dengan membaca shiroh (sejarah)nya lah kita bisa mengetahui kemulian akhlaknya, kemudian akhlak yang diajarkan Alquran yang terwakili oleh akhlak beliau.

Alangkah sempurnanya akhlak yang dicontohkan beliau kepada kita, tentang kelembutannya, tentang ketegasannya, tentang cinta kasihnya kepada sesama, yang hal itu benar-benar pernah terjadi pada seseorang di dunia ini.

Sejarah yang diceritakan didalam shiroh nabi adalah cerita yang nyata bukan cerita yang di rekayasa hanya agar beliau di hormati oleh banyak orang, tidak. Dengan sejarahnya yang nyata sudah bisa memberikan gambaran akan akhlak mulianya dan tak akan ada umatnya yang berani menambah-nambahkan tentang sejarah hidupnya.

Semua sejarah yang menceritakan tentang Muhammad sebagai rasul Alloh mempunyai rujukan yang terjalur sampai kepada orang-orang yang benar-benar membersamai beliau, dan tidak semua pembicaraan orang di terima sebagi sumber sejarah Nabi agung Muhammad SAW, mempunyai syarat yang ketat untuk diterima suatu pernyataan yang mengungkapkan tentang beliau.

Kalau kita belum membaca dan mengetahui akhlak beliau pasti mengira bahwa Rasululloh Muhammad SAW seperti yang di persangkakan oleh orang-orang yang belum mengetahui secara mendalam akhlak beliau, tetapi mengaku sudah mengenal beliau. Mereka mengira bahwa Muhammad adalah orang yang kasar, yang keras, yang menegakkan Islam dengan pedang, itulah persangkaan-persangkaan orang yang belum mengetahui siapakah beliau sesungguhnya.

Bahkan tidak menutup kemungkinan jika sudah mengetahui siapa sebenarnya Muhammad SAW, mereka akan memutar pandangannya 360 derajat terhadap Nabi Alloh Muhammad SAW, mereka akan memuliakan beliau sebagai mana beliau mengajarkan kepada kita bagaimana kita seharusnya memuliakan beliau.

Mereka akan mengetahui sikap lemah lembutnya beliau, kasih sayang beliau terhadap sesama, ketegasan beliau dalam suatu masalah, keteguhan beliau dalam mengemban risalah, kejujuran beliau keteladanan beliau sebagai suri tauladan bagi umatnya, dan masih banyak kemuliaan yang beliau sandang sebagai utusan Alloh.

Oleh karena itu kita sebagai umatnya sebagai umat yang sangat disayanginya sepatutnyalah kita tahu orang yang menyayangi kita semua setulus hati. Yaitu beliau Rasululloh Muhammad SAW. Sholawat serta salam terlimpah kepada beliau. Amin

SOK ‘ALIM

Judul tulisan yang kayaknya agak beda dengan biasanya, tapi menurut saya bagus untuk diangkat dijadikan tema tulisan, Alloh lagi menskenario kehidupan saya untuk menulis tulisan yang bertemakan “sok ‘alim

Kita diajari oleh guru kita agar kita tidak usah mengabaikan celetukan-celetukan orang yang mengomentari kita, khususnya saat kita sedang naik imannya, saat kita rajin ngaji, rajin berda’wah, rajin beribadah dll (yang idealnya itu harus tetap kita lakukan walaupun kita lagi futur, he…he...). Jenis celetukan-celetukannya banyak ada yang menyindir secara halus, ada yang terang terangan menolak, ada yang menyindir secara jelas dan mungkin ada jenis lain yang belum terklasifikasi. Tapi celetukan-celetukan yang paling sering kita dengar saat kita aktif berdakwah adalah “sok ‘alim”, ya enggak ……..? (klarifikasi) iya kan ………… ?

Memang kita lebih baik tidak mengabaikan celetukan-celetukan itu jika itu mengendorkan semangat kita untuk berda’wah, kita anggap sebagai angin lalu aja yang dengan segera kita tinggalkan dan tidak usah di pikir panjang. Tapi memang ada saat yang kita sebaiknya mengabaikan celetukan-celetukan itu, sebagai sarana kita untuk instropeksi diri.

Bagi kita yang sudah bisa menyemangati diri kita sendiri untuk selalu aktif berda’wah, ada kalanya butuh untuk mengabaikan komentar, masukan, apalagi kritik yang sifatnya membangun yang dilontarkan kepada kita. Mungkin komentar-komentar yang mereka lontarkan kepada kita memang benar adanya. Sebagai contoh karena kita menganggap diri kita sudah banyak ilmunya saat kita dinasehati oleh teman yang kita anggap berada di bawah kita keilmuannya kita pasti berdalih dan mencari alasan untuk mempertahankan pendapat atau tingkah laku kita. Iya enggak…………………?Iya kan…………….?

Contoh lain kita sudah merasa orang yang terpandang (biasanya terjadi pada saudara-saudara kita yang aktif dakwah di sekolah ataupun di kampus) setiap ada pengajian ataupun halaqoh yang kita merasa bahwa materi yang disampaikan masih dangkal kita enggan untuk datang (apa lagi apabila acara yang memformat kegiatannya bukan kita sendiri). Iya enggak ……………………………..? Iya kan ………………………?

Contoh lagi, kita merasa bahwa kita orang-orang yang paling senior ditataran dakwah kampus, pasti kita jadi males jika ada orang lain yang ternyata mereka lebih mumpuni dan lebih luas amanahnya sedangkan kita berada diwilayah lingkup amanahnya (enaknya bilang : ada orang lain yang ternyata menseting atau mengarahkan aktifitas dakwah kita) pasti kita enggan untuk melaksanakan dan mendukungnya, dan kita merasa kenapa kok diatur-atur ? padahal kita sering mengatur (mengarahkan) adik-adik di kampus.
Iya enggak ………………………………….? Iya kan …………………………….?

Dan masih banyak lagi contoh-contoh riil yang mungkin kalo di tuliskan dalam tulisan ini akan menghabiskan berhalaman-halaman. Kalo diantara pembaca ada yang merasa tersinggung dengan contoh yang saya tuliskan di atas sebaiknya pembaca segera instropeksi diri dan mendengar masukan, saran, kritikan yang membangun dari orang lain.

Coba sebelum tidur memuhasabahi apa yang banyak dikomentarkan oleh orang luar, jika memang itu ada di dalam diri kita ya….. sebaiknya kita melakukan perbaikan diri, enggak usah nunggu lama-lama, dan enggak usah nunggu besok, mulai sekarang kita harus mempunyai tekad untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih bisa bermanfaat bagi orang lain dan tidak egois, yang maunya menang sendiri.

Dengan catatan kita jangan jadi kendor dan jadi kurang bersemangat dalam berda’wah, bahkan dengan masukan tersebut kita menjadi semangat untuk berda’wah dengan cara kita memberikan contoh teladan melalui proses perubahan kita menuju arah yang lebih baik. Itu hanya episode yang dibuat oleh Alloh agar kita tidak terlalu ke PeDe an dengan apa yang sudah kita punya. Dan tidak merasa bahwa kita sudah menjadi orang yang paling dekat dengan Alloh.

Coba kita lebih sering membaca buku tentang kisah sahabat ataupun kisah-kisah orang terdahulu yang mempunyai standar keimanan jauh di atas kita, supaya kita tidak dihinggapi sikap sombong atau takabbur dengan apa yang sudah kita lakukan. Masih jauh tatarannya disisi Alloh usaha yang kita lakukan dengan usaha yang mereka lakukan. Tapi sekali lagi kita jangan menjadi patah semangat Alloh pasti akan membalas walaupun kita mempunyai amal seberat biji sawi atau biji-biji lain yang lebih kecil sekalipun.

Yang penting kita berusaha dan berdoa, supaya kita dimasukkan kedalam golongan orang-orang yang bejuang di jalanNya. Dan jangan lupa, jangan sampai kita terjangkiti firus “sok ‘alim” ya.

Kita renungkan bersama ya………………

Wallahua'alam bishowab